Minggu, 21 Maret 2010

LIGA CHAMPION: Perempat Final yang Sempurna

Minggu, 21 Maret 2010
0 komentar

Saat-saat yang mendebarkan dalam perhelatan akbar sepakbola Eropa akhirnya sudah kita ketahui bersama. Yah, apalagi kalo bukan hasil undian perempat final Liga Champion yang diselenggarakan di gedung UEFA, Nyon-Swiss yang dipimpin oleh sekjen UEFA, Giani Infantinno dan duta Real Madrid, Emilio Butragueno selaku pelaksana final   (19/03) tepat pkl 18.00 Wib.


Setelah melewati beberapa tahapan pengundian, inilah hasil yang diperoleh:
  • Arsenal dipertemukan dengan juara bertahan Barcelona.
  • Bayern Munchen kontra finalis musim lalu Manchester United.
  • tajuk derby prancis antara Olimpyque Lyon duel Bordeaux.
  • dan satu-satunya wakil Italia yang masih menetap di pentas Eropa Inter bersua CSKA Moscow.

Tim-tim yang akan saling baku hantam di babak perempat final ini juga dihiasi satu partai adu gengsi, dua memori laga final, dan satu pertandingan yang tidak kalah seru. Perang rivalitas dua wakil Prancis yang akan saling adu otot yaitu Lyon dan Bordeaux. Final Liga Champion season 2006 kembali terjadi di babak ini antara Arsenal dan Barcelona. Kekalahan tragis Bayern Munchen di final tahun 1999 oleh Manchester United akan terulang lagi di fase kali ini. Sementara harapan tunggal Italia Inter Milan bakal menjajal CSKA Moscow.       

Tidak berlebihan rasanya kalo kita menyebut perempat final musim ini adalah kompetisi yang sempurna. Pasalnya, enam peringkat teratas ranking koefisien UEFA, semua terlibat di babak ini. Tak sedikit wakil-wakil setiap belahan negara-negara Eropa tersaji disini. Inggris, Spanyol, Italia, Jerman, Prancis dan Rusia menetaskan kembali kevariatifan pentas akbar Eropa dewasa ini. Yah, terhitung ada enam negara yang mengambil alih level ini. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya dimana faktor mendominasi kerap kali kita saksikan. Tak ayal, banyak publik yang jenuh melihat konsistensi tim-tim yang selalu dominan. Sebutlah wakil-wakil inggris the big four (Manchester United, Liverpool, Arsenal dan Chelsea) yang Dalam beberapa periode terakhir wakil-wakil dari negeri ratu Elisabeth itu selalu merajai kasta tertinggi benua biru.  

Berbeda  musim tentu berbeda lagi ceritanya. sekarang kita tidak perlu lagi khawatir terhadap kepenatan kita kala menyaksikan tim-tim “itu-itu saja.” Seiring melonjaknya performa tim-tim yang tidak begitu di unggulkan, dampak  perubahan citra Liga Champion justru tercipta di benak pecinta sepakbola di seluruh penjuru dunia. Wakil-wakil prancis misalnya, sulitnya mereka menembus babak perempat final dalam empat tahun terakhir terjawab sudah di musim ini. Hebatnya, dua sekaligus wakil prancis diikut andilkan oleh negara imigran tersebut setelah sebelumnya juga pernah mencicipi hal yang sama di tujuh tahun ke belakang. Puncaknya ketika publik Prancis dengan kepala tegak menyaksikan wakilnya, AS Monaco menjadi runner up di tahun 2003.  

Bahkan wakil Rusia, CSKA Moscow yang sama sekali tidak masuk dalam hitungan ikut terdaftar menjadi kontestan babak quarter final tahun ini. Siapa yang menyangka kuda hitam asal Rusia tersebut bisa sampai melenggang jauh ke perempat final? Dalam satu dasawarsa, Cuma ada satu wakil Rusia yang mampu menembus melewati babak penyisihan, itupun hanya sebatas melaju ke babak knock out di musim 2003-2004 yang diukirkan oleh Lokomotiv Moscow. Selebihnya, nihil. Mungkin ini akan menjadi tonggak sejarah baru bagi sepakbola Rusia andai CSKA bisa dengan mulus melaju ke level selanjutnya.

Bagaimana dengan wakil italia? kini harapan satu-satunya tertumpu di pundak nerazzurri. Asa tinggi sepakbola Italia dialamatkan jelas kepada Inter Milan yang dengan gagah melenggang sendirian ke perempat final setelah rival abadinya Juventus harus pulang lebih dulu ketika di banting oleh wakil Inggris, Fulham di pentas nomor dua Eropa. Posisi Italia yang kian terancam digusur oleh Jerman harus sedini mungkin berbenah jika tim-tim asal negeri mafia itu tidak mau di depak oleh Jerman. Peringkat koefisien UEFA Italia sendiri kini bertenggar di posisi ke tiga dengan torehan 62.910 poin sementara Jerman berada dibawahnya dengan mengantongi 61.874 poin.

Akan tidak aman bila prestasi Italia kembali pincang di tengah jalan dan jerman terus mengukuhkan raihan positif dengan kemenangan. Apa yang harus dibenahi unuk sepakbola Italia? semua publik Italia langsung menunjuk la beneamata. Satu-satunya akar italia tersisa yang mutlak mesti menyelamatkan muka sepakbola tertinggi negeri pizza tersebut. Tentunya hal tersebut merupakan solusi yang paling cepat dan tepat mengingat nerazzurri lah wakil tunggal Italia di kancah Eropa saat ini.

Bukan hal yang meruluk jika mengoreksi kenyataan tersebut. Dengan dimandatkannya la beneamata sukses di Eropa, Inter mau tidak mau harus mempertahankan permainan apiknya seperti yang dipertunjukan saat mengguling Chelsea tengah pekan lalu jika tidak ingin jatah peserta tim Italia di Eropa dikurangi menjadi tiga tim dengan catatan Jerman mampu menyalip naik melempar Italia ke posisi empat, berdasarkan aturan resmi dan hitungan poin koefisien UEFA. Inter sendiri untuk kali pertama dalam lima tahun kembali merasakan atmosfer perempat final di tahun ini.

Sangat menarik memang untuk terus kita ikuti kiprah tim-tim dari berbagai belahan negara mengingat tidak adanya lagi namanya “dominasi”. Bila menilik 10 tahun terakhir, tampaknya baru di musim sekaranglah peserta quarter final Liga Champion hadir sampai enam negara. Tentunya ini menjadi Satu catatan sejarah baru di UEFA.

Lebih menarik lagi bila sampai terjadi kejutan-kejutan yang tak terduga dari tim yang notabene semenjana, katakanlah CSKA Moscow yang tiba-tiba mampu ke semi final atau bahkan merasakan rumput Santiago Bernabeu di laga final nanti. Juara bertahan Barcelona yang terhempas secara mencengangkan. Siapa yang tahu? Terkadang sepakbola menyimpan sejuta misteri yang dapat menggetarkan ingatan publik.

Terlepas dari berandai-andai, tetap kita patut berikan apresiasi tinggi kepada semua tim wakil-wakil dari berbagai negara tersebut. Tanpa perjuangan keras mereka (tim-tim yang kembali berkompetisi di perempat final: CSKA Moscow, Olympique Lyon, Bordeaux dan Inter Milan) perempat final musim ini bisa saja kembali menuai perkara “dominasi” dan jauh dari istilah “perempat final sempurna.”

Sekarang, tinggal kita tunggu saja hasilnya. Siapa yang akan berkuasa di tahta tertinggi sepakbola benua Eropa dan kejutan apa yang akan diberikan. (uca)

read more

Kamis, 18 Maret 2010

Kembalinya Inter Milan

Kamis, 18 Maret 2010
0 komentar

Ada dua catatan khusus yang perlu digaris bawahi menerawang hasil leg ke dua partai super big match Liga Champion yang mempertemukan antara Chlesea kontra Inter Milan, Rabu (16/03) yang dimenangkan oleh Inter 1-0. Yang pertama adalah penghapusan memori buruk Inter di babak gugur dan ke dua yaitu rekor Jose Mourinho yang tak pernah merasakan pil pahit tatkala bermain di Stamford Bridge.


Well, kedua hal tersebut tersimpan di momen terindah yang diukirkan Nerazzurri tadi malam. Inter akhirnya menyudahi puasa lolos dari fase knock out yang tak pernah dikudetanya sejak empat musim terakhir. Jangankan lolos, merasakan nikmatnya kemenangan saja tak pernah dijamah sejak kali terakhir didapatinya saat mengalahkan Ajax di musim 2005/2006 di babak yang sama.

Dini hari tadi, Inter resmi “membatalkan” puasanya sekaligus menghapuskan cerita rekor tidak mengenakkan itu dengan menumbangkan Chelsea 1-0 di Stamford Bridge lewat satu-satunya gol penentu Samuel Eto’o. pasukan Carlo Ancelotti pun harus puas merelakan tiket perempat final jatuh ke tangan tim besutan Mourinho.

Status sebagai tim favorit yang banyak dilayangkan publik untuk kubu the blues lantas tak membuat inter hilang taji. Tak tanggung-tanggung, dua kali beruntun inter membekap tim sekelas Chelsea di kandang maupun tandang. leg pertama di Giuseppe meazza inter menang 2-1 dan di Stamford Bridge leg ke dua Chelsea harus menahan malu kalah 1-0.

Bila menilik perjalanan panjang Inter di Eropa, tim pengoleksi 17 kali scudetto ini boleh dibilang jauh dari kata memuaskan. Dalam 8 musim terakhir, inter baru dua kali pernah menuntaskan perjuangannya sampai perempat final di tahun 2004-2005 dan 2005-2006 masing-masing saat berhadapan dengan tim sekotanya AC Milan dan wakil dari Spanyol Villareal. masa kejayaan inter di Liga Champion bersinar hanya sekali saja ketika mereka bisa melaju hingga semi final sebelum itupun akhirnya dikalahkan oleh rival sekotanya AC Milan di musim 2002-2003. sisanya inter selalu terhempas di knock out stage yang secara keseluruhan kekalahan tersebut diperoleh dari dominasi wakil-wakil Inggris.

Menapak tilasi era keemasan Inter yang dimotori Giacinto Facchetti dan Sandro Mazzola yang pernah tercatat dalam buku sejarah Inter di mana pada masa itu mereka benar-benar digdaya di Eropa dengan dua kali beruntun menyabet prestasi prestisius ini di tahun 1963 dan 1964, wajar jika gelar tersebut seakan menjadi “momok” satu kewajiban khusus akan kengototan para petinggi klub, fans dan juga pemain yang sangat membara ingin meminangnya lagi. Betapa tidak, 37 tahun lamanya sudah Inter menanti untuk kembali mengangkat trophy yang sarat nilai gengsi tersebut.

Dengan kemenangan yang di peroleh saat bertamu ke London, sekali dua dayung tiga pulau terlampaui, Inter berhasil mematahkan beragam spekulasi yang menyatakan mereka masih belum cukup umur untuk bisa melangkah lebih jauh lagi di kasta tertinggi Eropa.

Kemenangan yang diraih tadi malam merupakan bukti sahih ketegasan bahwa skuad Inter saat ini sudah mumpuni dibanding musim-musim sebelumnya yang selalu terseok-seok dan kini siap tancap gas melaju ke level berikutnya. 

Tengok saja faktor pembeda Inter di musim ini. Masuknya beberapa pemain baru di bursa transfer musim panas lalu memang diapungkan sejuta ekpektasi tinggi kepadanya. Pemain-pemain jempolan seperti bomber yang sudah malang melintang di level tertinggi Eropa Samuel Eto’o, penyerang intelegen Diego Milito yang haus gol, Defender Lucio yang kaya pengalaman sampai gelandang kreatif Wesley Sneijder. semua didatangkan hanya demi merengkuh ambisi tertinggi Inter, yaitu merangkul kembali tahta tertinggi Eropa.

Wajah-wajah baru yang meghiasi skuad Inter saat ini mulai memperlihatkan peran krusialnya. Masih ingat kemenangan dramatis Inter kala mereka sedang melalui masa-masa sulit di babak penyisihan ketika susah payah menekuk Dynamo Kiev 2-1 melalui gol-gol yang dicetak pemain baru, Milito dan Sneijder? dan yang terkini adalah gol semata wayang Eto’o yang mengantar Inter bertengger ke perempat final. Keberhasilan tersebut seolah menandakan betapa beruntungnya Inter mampu mendatangkan sosok pemain sekeliber mereka.  

Terlepas dari semua itu, jangan lupakan pula sosok Mourinho. Sukses Inter melaju ke babak selanjutnya tak lepas dari peran penting the special one. dibalik kocar-kacirnya Chelsea saat jatuh di kandangnya sendiri adalah fakta bahwa mourinho tahu persis seluk beluk Chelsea yang pernah dibawanya berkuasa selama 3 tahun ditukanginya. Tidak asal bicara seputar kejumawaan Mourinho yang menyatakan dirinya adalah penguasa Stamford Bridge. persembahan kemenangan fantastis tak ragu ia berikan untuk Nerazzurri. "Kami tahu Chelsea selalu bermain baik di Stamford Bridge, Namun Mourinho tidak pernah kalah di Stamford Bridge." Paparnya tegas.

Andai Mourinho masih mengarsiteki Chelsea, mungkin hasil semalam merupakan kekalahan ke duanya di Stamford Bridge mengingat sebelumnya dalam jangka waktu 3 tahun menjadi bos Chelsea, Mourinho selalu berhasil memenangkan laganya kala bersua tim manapun di markas kota London tersebut. Satu-satunya tim yang menodai rekor sempurnanya di Stamford Bridge adalah Barcelona di tahun 2006.

Kini pintu Inter meraih treble di musim ini sangat terbuka lebar. Di kancah domestik, Inter masih bercokol dipuncak klasmen walaupun posisinya kian didekati rival abadinya AC Milan dengan selisih 1 poin, coppa Italia sudah menuai hasil positif dengan mengalahkan Fiorentina 1-0 di first leg, dan di Liga Champion Inter telah mengamankan satu tempat di perempat final.

Kisah inter selanjutnya akan ditentukan di perempat final mendatang. Andai la beneamata kembali dipertemukan dengan tim-tim besar seperti Chelsea dan mampu mendulang kenangan indah kala menembus semi final di tahun 2002, besar kemungkinan Inter akan kembali menggurita di Eropa. Apakah ini awal mula kebangkitan ‘si ular besar’ atau malah sebaliknya kembali merana di muka Eropa?  Kita tunggu sepak terjang anak-anak asuh Mourinho ke depan. (uca)

read more

Selasa, 16 Maret 2010

Peter Crouch Sabet Penghargaan Pesepakbola Terkonyol

Selasa, 16 Maret 2010
0 komentar


Tidak mesti selalu terlihat serius bergulat dilapangan hijau. Ada kalanya sisi lain pesepakbola kadang membuat kita terpingkal. Di Inggris, ada satu penobatan aneh dan unik yang disematkan untuk pemenangnya. Umumnya sebuah penobatan adalah bentuk penghargaan yang didedikasikan kepada orang yang memberikan satu prestasi tertinggi. Tapi di negri Ratu Elisabeth ini, penobatan tidak lagi formal tepaku atas nama kebanggaan.

Stasiun televisi sky menganugerahi striker Tottenham Hotspur dan timnas inggris, Peter Crouch sebagai pesepakbola terlucu di jagat Inggris. Apa penyebabnya? Spele saja, Gara-gara dia menjawab pertanyaan, “apa yang akan anda lakukan bila sudah tidak lagi merumput?,” mantan pilar Liverpool dan Portsmouth ini menjawab dengan enteng dan penuh humor, “jadi perawan.”   

sontak, ucapannya yang membuat publik terbahak-bahak itu membuat jejak pendapat yang di lakukan oleh 2.000 responden dan total 29% suara menaruh Crouch di peringkat teratas sebagai pesepakbola terkonyol di Inggris saat ini.  Sebelumnya, pemain berpostur 201cm ini juga pernah memenangkan predikat yang sama di tahun 2006. Kala itu dengan selebrasi gol tarian robot yang ia pertontonkan saat timnas Inggris bersua Hungaria di partai persahabatan menempatkannya di jajaran teratas pesepakbola terlucu di Britania Raya dengan raihan 24% pemilih.

Tunangan model catwalk cantik, Abigail Clancy ini memang terkenal memiliki selera humor tinggi.

Urutan kedua Pesepakbola terkonyol lainnya disandang oleh playboy jempolan legenda Manchester United, Goerge Best akibat perkataan aneh tentang dirinya yang hobi mabuk-mabukan. “"Saya banyak menghabiskan duit untuk mabuk, burung, dan kebut-kebutan. Sisanya, saya habiskan sia-sia," ucap Best. 

Dibelakang best ada arsitek timnas Inggris, Fabio Capello yang juga ikut dihadiahi predikat unik tersebut perihal komentarnya tentang para WAGs (pacar dan istri pemain timnas Inggris). "Saya tidak tahu di mana mereka (WAGs) akan menginap selama Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan berlangsung. Saya berdoa di sana banyak virus."  

lucunya, seorang komentator sepakbola dari BBC sport pun kecipratan penghargaan tersebut. John Motson mengatakan: “bagi anda yang menonton di layar hitam putih, Spurs berada di lajur kuning.”

Istilah mulutmu adalah harimaumu ternyata tidak berlaku di Inggris. Perkataan santai, sederhana, bahkan kontroversi sekalipun bisa dijatuhi Anugerah. 

ucapan lainnya yang terkenang datang dari kalangan luar sepakbola, jurnalis tinju Inggris, Reg Gutteridge mengomentari lompatan ke dalam ring arena yang dilakukan Chris Eubank, “si ego sudah mendarat.” 
petinju legendaris, Muhammad Ali juga pernah menyita ingatan publik dengan ucapannya: “Aku sangat cepat sehingga semalam aku mematikan lampu di kamar hotel dan naik ke tempat tidur sebelum ruangan itu gelap.”

melihat program awarddi negeri pangeran Charles yang dikemas sekreatif ini, tidak menutup kemungkinan, negara-negara lain akan meniru cara menobatkan pemain tidak dari sisi kegemilangannya saja, cukup dari perkataan saja. (uca)




read more

 

blog statistics

Widgets for Blogger

BERAWAL DARI KACANGAN is proudly powered by Blogger.com | Template by Blog Zone